jawa* (/Javanese edelweiss/), adalah tumbuhan endemik zona
alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Nusantara
<>
Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 8 m dan dapat memiliki batang
sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan ini
sekarang dikategorikan sebagai langka.
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan
pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah
yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu
yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya
dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang
biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus , sangat disukai oleh
serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu,
lalat, tabuhan, dan lebah terlihat mengunjunginya.
Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh,
edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik
<> Myophonus glaucinus.
Bagian-bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk
alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh
para pendaki. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636
batang yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango
<>,
yang merupakan salah satu tempat perlindungan terakhir tumbuhan ini.
Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang
dipetik, tekanan ini dapat ditoleransi. Di Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru
<>,
tumbuhan ini dinyatakan punah.
Sayangnya keserakahan serta harapan-harapan yang salah telah
mengorbankan banyak populasi, terutama populasi yang terletak di
jalan-jalan setapak. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
edelweis dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemotongan
cabang-cabangnya. Oleh karena itu potongan-potongan itu mungkin dapat
dijual kepada pengunjung untuk mengurangi tekanan terhadap populasi
liar. (wikipedia)
No comments:
Post a Comment